BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diplomasi menurut R. P. Barston adalah manajemen hubungan
antar negara atau hubungan antar negara dengan aktor-aktor hubungan
internasional lainnya. Adapun sebuah
definisi yang terkait dengan metode yaitu diplomasi mewakili tekanan politik,
ekonomi dan militer kepada negara-negara yang terlibat dalam aktivitas
diplomasi, yang diformulasikan dalam pertukaran permintaan dan konsesi antara
para pelaku negosiasi. Untuk mencapai kepentingan nasional, keterampilan dalam
berdiplomasi merupakan syarat utama seorang diplomat yang terlibat dalam politik
internasional, yang pada dasarnya dipergunakan untuk mencapai kesepakatan,
kompromi, dan penyelesaian masalah dimana tujuan-tujuan pemerintah saling
bertentangan. Diplomasi tersebut dapat diselenggarakan dalam pertemuan khusus
atau konferensi umum. Salah satu fungsi diplomasi adalah untuk mendamaikan
beragamnya kepentingan atau paling tidak membuatnya berkesesuaian.
Diplomasi mempunyai ruang lingkup menyelesaikan
perbedaan-perbedaan dan menjamin kepentingan-kepentingan negara melalui
negosiasi yang sukses. Sebagai aktor diplomatik, pekerjaannya bukanlah untuk
menyusun kebijakan tetapi pelaksana kebijakan luar negeri, diplomat
menyampaikan detail kebijakan pemerintahan negara lain, menjelaskannya, dan
memperoleh dukungan, jika dikehendaki, menegosiasikan kesepakatan untuk
meningkatkan dan mewujudkannya. Tugas-tugas diplomat akan lebih mudah
dijalankan apabila seorang diplomat sendiri mengenal dan mengetahui gaya dan
metode diplomatik, karena memang tidak semua negara memiliki gaya dan metode diplomatik
yang sama. Peran para diplomat telah berkurang lantaran adanya komunikasi maju,
ketidaksetujuan rakyat akan diplomasi dan diplomat, dan kecenderungan
kepala-kepala pemerintahan melakukan negosiasi sendiri. Meningkatnya daya peran
pertemuan-pertemuan internasional, penggantian diplomasi terbuka untuk
diplomasi tertutup dan kurangnya pengalaman negara-negara adidaya telah
menyebabkan mundurnya diplomasi.
Konsep
gaya diplomatik adalah sarana yang berguna untuk memikirkan cara karakteristik
dimana negara dan pendekatan aktor lain menangani kebijakan eksternalnya. Hal ini tentu saja tidak mengatakan bahwa setiap keputusan akan
mencerminkan fitur gaya diplomatik. Dalam gaya diplomatik termasuk perilaku
negosiasi, preferensi untuk diplomasi terbuka atau rahasia, jenis utusan yang digunakan,
bahasa diplomatik, pilihan institusi dan jenis instrumen perjanjian seperti
memorandum atau perjanjian persahabatan. Untuk lembaga-lembaga internasional,
gaya operasi diplomatik mencerminkan pendekatan karakteristik organisasi untuk
memecahkan masalah, melaksanakan negosiasi dan jenis perjanjian asosiatif
biasanya dengan lembaga atau institusi tersebut.
Salah
satu metode yang digunakan untuk mencapai kepentingan nasional adalah teknik
diplomasi. Diplomasi adalah proses sementara politik luar negeri yang merupakan
tujuan. Seiring dengan perkembangan zaman,
cakupan isu, aktor, dan agenda diplomasi dalam hubungan internasional semakin
kompleks dan berkembang. Diplomasi tradisional yang hanya melibatkan peran
pemerintah dalam menjalankan misi diplomasi, tidak akan efektif dalam rangka
menyampaikan pesan-pesan diplomasi terhadap suatu negara. Oleh karena itu,
aktivitas diplomasi publik yang melibatkan peran serta publik sangat dibutuhkan
dalam rangka melengkapi aktivitas diplomasi tradisional. Close diplomacy or
secret diplomacy ditinjau kembali penggunaannya di abad- 21 mengingat
semakin kompleksnya isu dan cakupan masalah yang dihadapi oleh negara bangsa.
Ide menuju open diplomacy dan total diplomacy menjadi alternatif
yang digunakan untuk menjawab tantangan dan peluang dalam kerjasama bilateral
dan multilateral yang menyokong politik luar negeri Indonesia saat ini.
1.2 Perumusan masalah
Dalam makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah yang
akan dibahas, antara lain adalah:
1. Seperti apa gaya dan
metode diplomatik yang harus dijalani para aktor diplomat?
2. Bagaimana diplomasi di
Indonesia yang mengalami perubahan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gaya dan Metode Diplomatik
2.1.1 Gaya Diplomatik
Dalam gaya diplomatik
termasuk perilaku negosiasi, preferensi untuk diplomasi terbuka atau rahasia,
jenis utusan yang digunakan, bahasa diplomatik, pilihan institusi dan jenis
instrumen perjanjian seperti memorandum atau perjanjian persahabatan. Mungkin pengaruh paling penting dalam pertumbuhan diplomasi
pribadi di tingkat kepala negara atau pemerintah, dan membangun penyesuaian
dalam diplomasi regional adalah, melalui pertemuan, konferensi dan pertemuan
formal dalam dunia politik. Diplomatik dan ahli teknis. Perluasan dari masyarakat
negara juga membawa sebuah kekayaan yang lebih besar dan keragaman dalam gaya
diplomatik, terutama pada tingkat kepala negara. Gaya diplomatik di negara-negara bersatu, utusan khusus kepresidenan telah digunakan dalam beberapa cara,
seperti yang digambarkan oleh misi Jenderal Marshall
untuk china atau peran utusan keliling dari W. Averell Harriman, tentu merupakan ciri khas gaya Amerika. Perkembangan yang telah mempengaruhi gaya diplomatik adalah perubahan rezim melalui kudeta atau pembentukan kembali
rezim sipil atau rezim campuran yang
merupakan faktor utama mencegah
munculnya kejadian yang tak di sangka, dengan satu atau dua pengecualian,
dari setiap gaya Afrika dengan jelas. Yang tidak dapat terpisahkan dari masalah politik dan ekonomi dalam kebijakan luar negeri telah memiliki dampak pada janji tertinggi, dan lebih rendah
pada tingkat kedutaan besar. Aspek representasional dari diplomasi juga telah dipengaruhi oleh pertumbuhan diplomasi multilateral. Konsep gaya diplomatik juga dapat diterapkan
pada lembaga-lembaga internasional dan aktor lainnya. Kepala eksekutif akan mempengaruhi strategi, prioritas dan representasi keseluruhan. Elemen kedua gaya diplomatik kelembagaan adalah prosedur karakteristik untuk negosiasi dan
pemecahan masalah. Elemen ketiga gaya institutional yang
melibatkan rencana karakteristik masalah, yang mencakup jenis instrumen perjanjian atau instrumen informal.
Negosiasi merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pelaksanaan diplomasi. Kesepakatan bilateral maupun
multilateral yang telah berhasil dicapai, baik berupa traktat, kerja sama,
aliansi, pemberian bantuan, perang, maupun damai tidak terlepas, selain
merupakan produk dari negosiasi. Citra suatu negara sangat ditentukan oleh
keberhasilan para diplomat dalam bernegosiasi dan mencari kesepakatan terhadap
kepentingan-kepentingan nasionalnya. Negosiasi adalah kontak dan komunikasi
antara pembuat kebijakan dengan tujuan untuk mencapai kesepakatan. Yang ingin
dicapai adalah harmoni dan saling pengertian, bukan semata-mata kemenangan. Cara
untuk mencapai kepentingan bersama antara lain dengan: meningkatkan saling
pengertian, menunjukkan itikad baik, dan menghilangkan keragu-raguan. Semuanya
itu, mengarah pada tujuan pokok negosiasi yaitu untuk mencapai tujuan secara
damai.
Pada saat diplomasi lama atau diplomasi
rahasia, para diplomat sangat sadar akan ruang lingkup dan guna diplomasi
sehingga dapat menjadikan taktik apa pun. Diplomasi harus menentukan tujuannya,
dengan memperhitungkan power, yang benar-benar ada dan potensial bagi pencapaian
tujuan-tujuan itu, dan pada saat yang sama menentukan hal-hal seperti, sejauh
mana tujuan-tujuan yang berbeda itu bisa cocok satu sama lain. Sehingga
diplomasi rahasia mencirikan semangat kompromi. Diplomasi rahasia telah jatuh
ke dalam persengketaan kaum liberal yang ingin membuang pengaruh power-politics
dalam hubungan internasional, sehingga diplomasi rahasia digantikan menjadi
diplomasi terbuka yang akan lebih membantu pemeliharaan perdamaian dan
keharmonisan internasional. Diplomasi terbuka mengandung 3 gagasan: (1) harus
tidak ada perjanjian rahasia; (2)
negosiasi harus dilakukan secara terbuka; dan (3) apabila suatu perjanjian
sudah dicapai, tidak boleh ada usaha di belakang layar untuk mengubah
ketetapannya secara rahasia.
2.1.2 Metode Diplomatik
Perubahan
dalam metode diplomatik tampak di dalam lima bidang, yaitu (1)diplomasi
pribadi; (2)konferensi timur-barat; (3)diplomasi blok; (4)asosiatif diplomasi;
dan (5)penggunaan konsensus dalam diplomasi mutilateral. Pertumbuhan diplomasi pribadi
telah dibawa oleh perubahan komunikasi modern, dan penyebaran kolaborasi
regional di luar Eropa, di Afrika dalam aliansi dan hubungan kolaboratif
lainnya.
Konferensi
Tingkat Tinggi melayani satu atau lebih tujuan-tujuan diplomatik antara lain
adalah: (1) efek simbolik, (2) memperoleh informasi /pertukaran pandangan; (3)
pembahasan isu-isu sisi; (4) penetapan kebijakan strategis; (5) penyelesaian
perselisihan; (6 ) menyebarkan krisis; (7) negosiasi dan pengesahan tahap akhir
perjanjian. Gaya diplomatik dan metode Federasi Rusia dibedakan oleh tiga fitur
yaitu, meningkatnya volume; pentingnya negosiasi bilateral; penurunan peran konferensi multilateral; dan rekonstruksi jaringan perjanjian federasi. Salah satu fitur yang paling mencolok dari perkembangan metode diplomatik di saat munculnya Uni
Eropa sebagai aktor blok dalam diplomasi teknis multilateral.
Salah satu aspek yang lebih mencolok dari evolusi
diplomasi modern adalah hubungan yang mengembangkan organisasi regional dengan
organisasi regional lain, lembaga-lembaga internasional, kelompok negara dan
negara masing-masing. upaya oleh negara-negara individu atau kelompok untuk mengembangkan hubungan yang
signifikan di dalam perjanjian dan kerangka kerja kelembagaan dengan negara-negara lain atau kelompok-kelompok di
luar transaksi yang rutin dapat digambarkan sebagai 'asosiatif diplomasi'. Asosiatif
diplomasi melayani satu atau lebih dari sejumlah tujuan, termasuk pembentukan
suatu kelompok yang lebih besar, koordinasi kebijakan dan saling membantu dalam
mengelompokkan. Tujuan lainnya adalah pemeliharaan dari pengaruh politik,
ekonomi atau keamanan pengelompokan 'primer', membatasi kekuasaan koersif
aktual atau potensial dari kelompok lain ('pembatasan kerusakan'), dan
peningkatan identitas anggota individual dalam kelompok tersebut. Umumnya ada empat unsur utama dalam asosiatif diplomasi . Ini
termasuk kerangka kelembagaan dan perjanjian, pertemuan rutin para pemimpin
politik senior dan pejabat, beberapa ukuran koordinasi kebijakan, dan skema
untuk meningkatkan hubungan kelompok ekonomi, seperti kredit perdagangan, skema
preferensi umum (GSP) bantuan proyek dan pinjaman keuangan. Asosiatif diplomasi
dapat melibatkan satu atau lebih dari sektor utama kebijakan publik, termasuk
pertukaran sosial-budaya, ekonomi hubungan (perdagangan, bantuan teknis dan
keuangan), politik dan keamanan yang mungkin untuk membedakan berbagai jenis asosiatif
diplomasi, seperti misalnya, campuran ekonomi-keamanan (dialog ASEAN); ekonomi
(anggota Uni Eropa-asosiasi); keamanan (ekstensi NATO melalui Kemitraan untuk
Perdamaian).
ASEAN
Asosiatif diplomasi ASEAN dilakukan pada empat tingkat-dialog pertemuan tahunan, pertemuan tingkat menteri dengan mitra dialog individu atau organisasi internasional, dan pada tingkat pejabat berurusan dengan proyek-proyek tertentu, yang dikoordinasi oleh Gabungan Komite Koordinasi (JCC) di setiap negara. Tingkat keempat yang tidak biasa melibatkan dorongan kontak non-pemerintah. Asosiatif diplomasi ASEAN telah peduli dengan kedua isu politik dan ekonomi, meskipun surat itu memberikan perhatian yang besar. Aspek penting dari dimensi ekonomi adalah proyek pengembangan bantuan yang disediakan oleh negara-negara dialog individu. Dari perspektif ASEAN, dialog telah memberi kontribusi pada pengakuan yang lebih luas status ASEAN yang tumbuh dan penting dalam hubungan internasional. Selain dari akses perdagangan, ketidakpuasan dengan aspek proyek dialog terletak pada dua area. Pertama, lebih dari setengah 150 proyek yang dimulai sejak tahun 1975 telah dilakukan oleh lembaga internasional atau regional. Kedua, ketidakpuasan wilayah umum dengan kurangnya fokus atau prioritas yang jelas dalam dialog. Hasil dari tinjauan dialog dengan negara-negara yang ada kemudian memiliki konsentrasi lebih di akses pasar, masalah ekonomi internasional, masalah komoditi dan kerja sama sosial-budaya.
Asosiatif diplomasi ASEAN dilakukan pada empat tingkat-dialog pertemuan tahunan, pertemuan tingkat menteri dengan mitra dialog individu atau organisasi internasional, dan pada tingkat pejabat berurusan dengan proyek-proyek tertentu, yang dikoordinasi oleh Gabungan Komite Koordinasi (JCC) di setiap negara. Tingkat keempat yang tidak biasa melibatkan dorongan kontak non-pemerintah. Asosiatif diplomasi ASEAN telah peduli dengan kedua isu politik dan ekonomi, meskipun surat itu memberikan perhatian yang besar. Aspek penting dari dimensi ekonomi adalah proyek pengembangan bantuan yang disediakan oleh negara-negara dialog individu. Dari perspektif ASEAN, dialog telah memberi kontribusi pada pengakuan yang lebih luas status ASEAN yang tumbuh dan penting dalam hubungan internasional. Selain dari akses perdagangan, ketidakpuasan dengan aspek proyek dialog terletak pada dua area. Pertama, lebih dari setengah 150 proyek yang dimulai sejak tahun 1975 telah dilakukan oleh lembaga internasional atau regional. Kedua, ketidakpuasan wilayah umum dengan kurangnya fokus atau prioritas yang jelas dalam dialog. Hasil dari tinjauan dialog dengan negara-negara yang ada kemudian memiliki konsentrasi lebih di akses pasar, masalah ekonomi internasional, masalah komoditi dan kerja sama sosial-budaya.
Diplomasi
bilateral terdiri dua suku kata, yaitu diplomasi dan bilateral. Arti diplomasi
adalah sebagai aplikasi intelejen dan taktik untuk menjalankan hubungan antara
pemerintahan yang berdaulat. Sedangkan bilateral adalah hubungan yang
melibatkan dua negara. Jadi bisa disimpulkan bahwa diplomasi bilateral adalah
sebagai aplikasi intelejen dan taktik untuk menjalankan hubungan antara
pemerintahan yang berdaulat yang hanya melibatkan dua negara saja. Alternatif
diplomasi lainnya adalah multilateral, yang melibatkan banyak negara dan
unilateral, jika suatu negara bertindak sendiri. Diplomasi multilateral
mendefinisikan keterkaitan fundamental dalam dunia global. Proyek-proyek
diplomasi multilateral tidak hanya politik tetapi hubungan dan barometer etis
untuk mengukur dan menjaga keseimbangan ketidakpercayaan, penyalahgunaan dan
kritik perang. Jenis diplomasi memiliki kapasitas fungsional untuk memberikan
harapan dan stabilitas melintasi batas-batas. Diplomasi multilateral telah
membuka jalan untuk mengejar perdamaian, keamanan dan memahami karakteristik
kunci dari aspek fungsional dari berbagai negara, Memang, resikonya tinggi
tetapi diplomasi multilateral benar-benar yang sangat penting di dunia yang
bertabrakan budaya dan perubahan konstan.
2.2 Diplomasi Indonesia dari Diplomasi Rahasia hingga Diplomasi
Terbuka
Ditinjau dari segi
kegiatan diplomasi Republik Indonesia, periode 1945-1950 merupakan masa yang
sangat menentukan tidak saja karena kegiatan diplomasi Indonesia ketika itu
mencuat, tetapi juga dalam kurun waktu tersebut diplomasi Indonesia diuji
kempuhannya dengan bermacam tekanan dan intimidasi. Di samping aspek diplomasi
itu, tidak dapat di bantah bahwa perjuangan bersenjata atau perang menjadi
aspek lain yang ikut menentukan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada
periode ini, para pemimpin Indonesia berupaya mencari satu penyelesaian yang
dapat mempersingkat penderitaan rakyat dan menampilkan suasana damai yang akan
dapat menjamin keselamatan dan kelangsungan hidup bangsa dan negara tanpa
perjuangan bersenjata senantiasa merupakan palu godam. Hal ini terlihat dalam
pernyatan Soekarno pada awal September 1945 yang menekankan untuk antara
diplomasi dan kekuatan bersenjata harus selaras. Diplomasi Indonesia saat itu bersifat
tertutup, diplomasi tertutup/ close diplomacy dikenal dengan istilah First
Track Diplomacy.
Diplomasi tertutup
melibatkan pemerintah dengan pemerintah, sifatnya rahasia dan biasanya
digunakan untuk mengakhiri suatu konflik dan pertikaian. First track
diplomacy atau diplomasi tertutup ini menekankan peran penting suatu negara
dalam mengadakan negosiasi menjaga dan memelihara perdamaian. Diplomasi publik
didefinisikan sebagai upaya mencapai kepentingan nasional suatu negara melalui understanding,
informing, and influencing foreign audiences. Jika proses diplomasi
tradisional dikembangkan melalui mekanisme government to government
relations, maka diplomasi publik lebih ditekankan pada government to
people atau bahkan people to people relations. Diplomasi Publik
bertujuan untuk mencari teman di kalangan masyarakat negara lain, yang dapat
memberikan kontribusi bagi upaya membangun hubungan baik dengan negara lain.
Diplomasi publik bukan bertindak sebagai pengganti Diplomasi tertutup akan
tetapi turut melancarkan jalan bagi negosiasi dan persetujuan dalam rangka
diplomasi tertutup dengan cara mendorong para diplomat untuk memanfaatkan
informasi penting yang diperoleh pelaku-pelaku diplomasi publik. Diplomasi total
dengan melibatkan diplomasi publik sangat dibutuhkan dalam rangka mencapai
kesuksesan dalam menjalankan misi politik luar negeri. Diplomasi publik melibatkan
berbagai aktor dengan bidangnya masing-masing, contohnya kaum bisnis atau
profesional, warga negara biasa, kaum akademisi (peneliti, pendidik), NGO,
lembaga-lembaga keagamaan dan keuangan, dan jalur kesembilan yakni media massa.
Media massa memiliki fungsi yang sangat strategis karena memainkan peran
sebagai pemersatu seluruh aktor diplomasi publik melalui aktivitas komunikasi.
Diplomasi Publik
mempunyai Tujuan agar international society memiliki persepsi baik
tentang suatu negara, yang ditinjau dari aspek civil society. Selain itu
mengurangi atau menyelesaikan konflik melalui pemahaman komunikasi dan saling
pengertian serta mempererat jalinan hubungan antar aktor internasional;
mengurangi ketegangan, kemarahan, ketakutan, dan salah persepsi; menambah
pengalaman dalam berinteraksi; mempengaruhi pola pikir dan tindakan pemerintah
dengan menjelaskan akar permasalahan, perasaan, kebutuhan, dan mengeksplorasi
pilihan-pilihan diplomasi tanpa prasangka; dan terakhir adalah memberikan
landasan bagi terselenggaranya negosiasi-negosiasi yang lebih formal serta
merancang kebijakan pemerintah. Pada intinya, publik memegang peranan yang
semakin vital dalam menjalankan misi diplomasi sebuah negara terlebih pada
situasi yang semakin terintegrasi dengan beragam bidangnya yang sangat
variatif. Bagaimanapun juga, misi diplomasi tidak akan pernah berjalan dengan
efektif tanpa keterlibatan publik. Diplomasi tertutup dan diplomasi publik merupakan
proses yang saling menguntungkan dalam menciptakan perdamaian dalam manajemen
konflik: dua putaran yang saling melengkapi, memiliki karakter dan tanggung
jawab umum dalam konflik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diplomasi
kontemporer telah mengalami beberapa perubahan signifikan dalam metode. Pada
pemerintah tingkat komersial telah menjadi jauh lebih terlibat dalam
pengelolaan perdagangan bilateral secara antar pemerintah maupun dengan entitas
non-negara. Dalam diplomasi multilateral beberapa metode yang berbeda telah
dicoba, termasuk asosiatif diplomasi. Perubahan lain dalam gaya dan metode
diplomatik dalam pembahasan yang telah dipaparkan menunjukkan bahwa masyarakat
internasional berada dalam masa transisi dalam hal metode diplomatik yang
berusaha untuk menemukan pengaturan yang baik untuk memperluas keanggotaan.
Diplomasi tertutup
atau diplomasi rahasia melibatkan pemerintah dengan pemerintah, sifatnya rahasia
dan biasanya digunakan untuk mengakhiri suatu konflik dan pertikaian. Diplomasi
total atau diplomasi terbuka melibatkan diplomasi publik dalam rangka mencapai
kesuksesan dalam menjalankan misi politik luar negeri. Sehingga Negara
Indonesia merubah diplomasi rahasia menjadi diplomasi terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar